Tradisi Kebiri
Tradisi Kebiri Dari
Berbagai Kebudayaan yang pernah ada. Menanggapi maraknya kasus kejahatan
seksual terhadap anak-anak. Baik kejadian di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
jakarta, bengkulu, surabaya dll, akhirnya Presiden Joko Widodo menandatangani
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016
tentang perubahan kedua Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
Perppu ini turut mengatur
hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Sanksi yang diatur
berupa kebiri secara kimia (kimiawi) serta pemasangan alat deteksi elektronik
sehingga pergerakan pelaku bisa dideteksi setelah keluar dari penjara. Tindakan kebiri dimaksudkan sebagai hukuman terhadap pelaku kejahatan atau orang-orang yang
dianggap melanggar normal. Namun di beberapa daerah merupakan suatu kebudayaan.
Pengebirian merupakan bagian dari tradisi yang berusia ratusan tahun.
Berikut Tradisi Kebiri Di Beberapa Tempat.
Kebiri kasim di China
Pengebirian kasim
merupakan bagian dari tradisi di China kuno. Praktik ini dijalankan selama
beberapa dinasti. Pengebirian adalah syarat untuk mendapatkan pekerjaan di
istana sebagai kasim. Sebab seorang kasim kadang bisa memperoleh kekuasaan dan
mendapat kepercayaan besar dari kaisar karena kemungkinan besar mereka tidak
akan tergoda untuk merebut kekuasaan dan memulai sebuah dinasti.
Ada dua cara: Pertama
melakukan proses kebiri saat seseorang sudah dewasa. Kedua melakukan kebiri
saat calon kasim masih anak-anak. Area genital dijepit setidaknya tiga kali
sehari hingga pertumbuhannya terhambat. Dengan cara ini, bocah lelaki yang
dikebiri akan memiliki karakteristik feminin seperti suara kecil dan tidak
adanya jakun.
Kebiri sukarela sekte
Cybele
Yang satu ini lebih miris
lagi, pasalnya para pengikut sekte Cybele dari masa Romawi kuno melakukan
kebiri terhadap diri sendiri secara sukarela yang dilakukan setiap tanggal 24
Maret anggota sekte ini merayakan Dies sanguinis atau ‘hari Darah’. Pada hari
tersebut para pemuja Cybele dan Attis mempersembahkan darah mereka sendiri.
Beberapa bahkan melakukan pengebirian terhadap diri sendiri. Praktik
pengebirian ini umunya dilakukan oleh warga Galli. Pada tahun 101 SM,
pemerintah Romawi melarang praktik kebiri ini dan memerintahkan pengorbanan
hewan sebagai gantinya.
Kebiri Naesi Di Kerajaan
Korea
Naesi, kasim dari Korea
zaman kerajaan juga mengalami pengebirian. Pelayan anggota kerajaan dan pejabat
negara ini mulai dikenal pada masa Dinasti Goryeo. Pada tahun 1392 ketika
Dinasti Joseon berkuasa, para naesi berada dalam naungan satu departemen khusus
dan terdiri dari dua tingkatan golongan, yaitu sangseon dan naegwan.
Proses kebiri para naesi
dilakukan dengan cara meruapi alat kelamin anak laki-laki dengan kotoran
manusia dan menyuruh anjing untuk menggigitnya. Pada masa Dinasti Yuan, kasim
menjadi komoditas yang diinginkan untuk upeti, dan gigitan anjing digantikan
dengan teknik bedah yang lebih canggih.
Kebiri Sukarela Sekte
Skoptsy
Skoptsy merupakan sebuah
sekte sekretif pada masa pemerintahan Tsar Rusia. Nama Skoptsy berasal dari
istilah kuno Rusia ‘skopets’ yang berarti ‘dia yang dikebiri’. Sekte ini
dikenal karena praktik pengebirian secara sukarela yang dilakukan oleh anggota
pria maupun wanita. Orang Skoptsy percaya bahwa
setelah pengusiran dari Taman Eden, Adam dan Hawa memiliki bagian dari buah
terlarang yang dicangkokkan ke tubuh mereka, yaitu testis dan payudara.
Dengan
penghapusan organ-organ seksual tersebut, mereka beranggapan kalau manusia akan
terhindar dari dosa berupa nafsu. Gerakan ini muncul pada
akhir abad 18. Namun keberadaannya ditentang oleh pihak kerajaan dan kemudian
pemerintah Uni Soviet. Setelah abad 20, gerakan sekte ini tak lagi terdengar.
Kebiri Kasim Kerajaan
Vietnam
Kerajaan Vietnam kuno
mengadopsi sistem kasim dan teknik pengebirian dari China. Pada masa itu,
satu-satunya pria yang boleh tinggal di istana adalah raja. Para kasim bertugas sebagai pelayan untuk anggota keluarga
kerajaan yang wanita. Mereka menjalankan aktivitas yang umum dilakukan pelayan
wanita, yaitu memijat, memakaikan riasan, dan mempersiapkan para selir sebelum
berhubungan badan dengan raja.
Para kasim diharuskan
menjalani proses kebiri untuk mencegah kemungkinan perselingkuhan dengan salah
satu wanita di istana. Proses pengebirian dilakukan dengan memotong seluruh
alat kelamin, termasuk penis dan testikel dengan pisau tajam. Sebelumnya sang
calon kasim diikat di atas meja dan alat kelaminnya disterilkan dengan air
merica. Setelah dipotong, sebuah tabung kemudian dimasukkan ke dalam uretra
untuk memungkinkan buang air kecil selama penyembuhan.
Tradisi Kebiri Sekte
Valesian
Sekte ini didirikan oleh
Valesius, seorang filsuf Timur Tengah pada abad 2 Masehi. sekte yang
menganjurkan pengebirian terhadap diri sendiri, anggota sekte tidak
diperbolehkan makan daging sampai mereka sudah dikebiri, karena mereka yang
tidak dikebiri bisa terbangkitkan nafsu seksualnya setelah menyantap daging. Selain melakukan praktik
kebiri terhadap diri sendiri, sekte Valesian dikenal karena sering melakukan
pengebirian paksa kepada para musafir yang lewat ke daerah mereka.
Castrato (Kebiri) Penyayi
Gereja Eropa
Praktik castratism adalah
praktik kebiri terhadap para penyanyi pria saat mereka belum mencapai
pubertas. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kualitas suara penyanyi.
Pasalnya para musisi ini biasanya kesulitan untuk menyanyikan nada-nada tinggi
begitu memasuki usia remaja. Para penyanyi yang menjalani castratism disebut
castrato. Castrato sering dijumpai sampai abad 18, karena pada masa itu wanita
masih dilarang bernyanyi di gereja. Praktik ini mulai memudar pada awal abad
19.
Itulah beberapa Tradisi Kebiri Dari Berbagai Kebudayaan Yang Pernah Ada dan sempat dipraktikkan di
berbagai kebudayaan yang ada di dunia. semoga hukuman tambahan yang di lakukan
indonesia atas kejahatan seksual dapat di tekan kalau perlu dapat di hilangkan.
Walaupun hukuman ini masih ada yang tidak sepakat karena dianggap melanggar hak
asasi manusia.