Tol Laut Jokowi
Tol Laut Jokowi Bukan Dongeng Atau Hisapan jempol Belaka. Ketika banyak orang meragukan rencana proyek Tol Laut Presiden Joko Widodo untuk mendorong kemajuan dari sektor ekonomi dan infrastruktur. Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Dan Sumber Daya, Rizal Ramli, menegaskan bahwa masyarakat perlu sedikit bersabar untuk melihat efektivitas dari program tersebut.
Menko
Maritim dan Sumber daya Rizal Ramli menyatakan bahwa proyek Tol Laut yang
diusung Presiden Joko Widodo bukan hanya cerita dongeng belaka. Proyek "Tol Laut
Jokowi" sudah mulai dijalankan dalam beberapa bulan terakhir dan berhasil
menurunkan biaya
logistik di tanah air. Adapun trayek yang telah jalan yakni diawali dengan rute
Jakarta (Tanjung Priok) ke Natuna (Anambas), Surabaya ke Nusa Tenggara Timur
(NTT), Pulau Moa, Saumlaki, Dobo dan Merauke.
Selanjutnya
Ramli mengatakan, trayek tersebut akan mulai berjalan lagi untuk rute
berikutnya yang dimulai dari Makassar ke Manokwari, Wasior, Nabire, dan Biak,
trayek Surabaya ke Namlea, Fak Fak, dan Timika, serta trayek Makassar ke Maluku
Utara, Morotai, Ternate, Tahuna, Lirung, dan Tobelo.
Esensinya
kita membahas soal tol laut. Apa betul-betul sudah jalan atau masih dongeng
doang. Kita sekarang ada trayek dalam rangka tol laut ini, supaya ada jembatan
laut dalam barang dan penumpang ke lokasi pulau kecil yang selama ini tidak ada
akses transportasi laut, katanya.
Manfaat Tol Laut Bagi Papua Dan Daerah Lain
Mengenai
Papua Rizal Ramli mengatakan Bahwa Presiden Jokowi memang memperlihatkan
keseriusannya untuk membangun Papua yang selama ini dikatakan tertinggal akibat
kelalaian pemerintah sehingga pembangunan Tol Laut akan sangat membantu
berbagai kemajuan baik dari sektor ekonomi maupun infrastruktur.
Menurutnya,
pemerintah telah mengeluarkan banyak uang untuk investasi dalam perbaikan
kapal, membangun
kapal baru, dan mensubsidi proyek ini. Karena beberapa dari daerah ini belum
betul-betul ekonomis secara finansial. Jadi disubsidilah lokasi ini, katanya.
Mantan
Menko bidang Perekonomian ini menjabarkan, tiga trayek Tol Laut yang telah
beroperasi ini memberikan dampak terhadap peningkatan muatan baik dari Pulau
Jawa ataupun ke luar Pulau Jawa. Dengan adanya kapal reguler yang melintas di
wilayah tersebut, biaya transportasi angkutan untuk komoditas dasar hingga
harga barang kebutuhan pokok pun ikut turun.
Dia
mencontohkan, harga beras di Indonesia Timur telah turun 22%, gula pasir turun
28%, minyak goreng curah turun 15%, tepung terigu turun 29%, daging ayam ras
turun 28%, telur ayam ras turun 49%, triplek turun 17%, dan semen turun 22%.
"Ini semua turun dibanding sebelum ada Tol Laut," pungkasnya.
Sebagai
informasi pemahaman yang memunculkan gagasan tentang tol laut adalah untuk
menegaskan kembali Indonesia sebagai bangsa maritim. Tol laut yang dimaksud
adalah membangun transportasi laut dengan kapal atau sistem logistik kelautan,
yang melayani tanpa henti dari Sabang hingga Merauke.
Kehadiran
angkutan kapal tol laut memicu kepastian jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal.
Rizal mendorong Kementerian Perdagangan (Kemendag) agar memfasilitasi para
pelaku usaha di bidang pangan dan barang strategis untuk memanfaatkan jasa
angkutan kapal tol laut yang tarif disubsidi oleh pemerintah.
Dalam
rangka supaya ada kargo balik, kami minta Mendag mengumpulkan semua
pemain-pemain besar di dalam sistem distribusi agar mereka bisa memanfaatkan
kapal reguler ini. Termasuk di dalam semen misalnya, kita karena nggak ada
kapal jadinya bikin kapal sendiri. Kan nggak efisien, pulangnya kosong, katanya.
Tak hanya itu, Rizal memberi masukkan kepada PT Pelni dan Kementerian
Perhubungan (Kemenhub) merancang kapal baru yang mengkombinasikan antara kapal
penumpang dan barang.
Pelni
kalau desain kapal jangan besar-besar, cukup ukuran 1.000 passenger, tapi juga
multi fungsi. Bisa ngangkut kontainer, cold storage, supaya dari sananya bisa
bawa ikan. Kemudian bisa untuk bawa penumpang sehingga kapal yang kita desain
itu tidak terlalu besar, katanya.
Pembentukan Jembatan Udara Logistik
Menurut
Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli menilai penyediaan angkutan kapal
berjadwal alias tol laut saja tak cukup untuk memangkas biaya logistik dan
menurunkan harga pangan di pelosok negeri, seperti Indonesia Timur. Karena itu
kami minta Pak Ridwan (Deputi Bidang Infrastruktur) untuk merancang konsep
sejenis yaitu jembatan udara logistik, kata Rizal.
Fasilitas
jembatan udara ini nantinya akan menyediakan jasa angkutan dari pelabuhan
menuju daerah pegunungan atau sebaliknya di indonesia timur. Tapi untuk
mencapai ke pegunungan-pegunungan di indonesia timur, perlu jembatan udara
logistik. Ini akan dirancang. Memang kita juga perlu subsidi supaya harganya
turun, katanya.