Presiden umumkan 4 sandera
WNI berhasil di bebaskan. Empat sandera warga negara Indonesia (WNI) berhasil
dibebaskan dari penyanderaan kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina. Dengan
pembebasan keempat WNI ini, seluruh WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf
telah bebas setelah sebelumnya dibebaskan 10 WNI.
"4 sandera WNI yang dibebaskan", di
tangkap di antara perbatasan philipina dan malaysia. Pembebasan tersebut salah
satunya hasil dari pertemuan trilateral antara Indonesia, Filipina, dan
Malaysia beberapa waktu lalu. Dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan,
Presiden Joko Widodo mengucapkan syukur atas pembebasan 4 WNI tesebut.
Baca: Pembebasan 10 WNI Yang Di Sandera Abu Sayyaf
Baca: Pembebasan 10 WNI Yang Di Sandera Abu Sayyaf
Presiden Joko Widodo:
“Alhamdulillah, empat
warga Indonesia yang disandera kelompok bersenjata di Filipina akhirnya
dibebaskan", dalam keadaan sehat dan akan segera kembali ke tanah air. Saat ini
para sandera telah berada bersama otoritas Filipina dan akan segera
diserahterimakan kepada pemerintah Indonesia.”
“Terima kasih kepada
pemerintah Filipina atas kerja sama yang baik dalam dua kali pembebasan WNI
kita. Kita bersyukur bahwa inisiatif Indonesia untuk menyelenggarakan pertemuan
trilateral di Yogyakarta yang baru lalu membuahkan hasil. Operasi pembebasan
ini adalah salah satu wujud implementasi semangat pertemuan tersebut.”
Empat sandera WNI Dibebaskan kelompok Abu Sayyaf ditangkap sejak 23 Maret lalu. Keempat WNI kru kapal tunda
Henry itu disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina. Mereka adalah
Mochammad Ariyanto Misnan (nakhoda), Lorens MPS, Dede Irfan Hilmi, dan Samsir.
Keempatnya sandera ditempat berbeda dengan ke-10 WNI yang telah bebas
sebelumnya. Mereka dalah anak buah kapal (ABK) kapal TB Henry yang disandera
bersama 13 warga negara asing (WNA).
Menteri Luar Negeri Retno
LP Marsudi sebelumnya menyatakan pemerintah berkoordinasi dengan otoritas
Filipina untuk membebaskan keempat awak kapal tersebut. Kelompok Abu Sayyaf
membajak kapal tunda Henry pada 26 Maret 2016 dan telah menawan awaknya selama
satu bulan lebih.
Menkopolhukam, Luhut
B Panjaitan, mengatakan pembebasan itu tak lepas dari kerja sama antara
pemerintah Indonesia dan Filipina. "Memang dukungan penuh pemerintah
Filipina yang membuat sukses, bahwa ada kelompok ini dan itu (yang membantu), iya
itu betul. Tapi telepon Presiden Jokowi pada presiden Filipina sangat
berpengaruh dalam penyelesaian kasus ini," kata Luhut.