Kasus Reklamasi Teluk
Jakarta
Efek Kasus Mega Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Pada Ahok. Pada awal pelaksanaan mega proyek reklamasi Teluk Jakarta sesungguhnya
telah dimulai sejak 21 tahun silam. Hingga kini setidaknya ada 10 perusahaan yang
kecipratan proyek raksasa ini. Perusahaan yang melaksanakan proyek reklamasi
tidak sembarang perusahaan, ada perusahaan besar yang bermain dibidang
property.
Dari 10 perusahaan yang berebut “proyek reklamasi Teluk Jakarta,” baru ada dua yang mendapatkan izin prinsip dari pemerintah daerah perusahaan tersebut adalah :
Dari 10 perusahaan yang berebut “proyek reklamasi Teluk Jakarta,” baru ada dua yang mendapatkan izin prinsip dari pemerintah daerah perusahaan tersebut adalah :
- PT Kapuk Naga Indah, anak perusahaan Agung Sedayu Group, yang mendapat jatah pengelolaan reklamasi di pulau C, D dan E pada tahun 2012 oleh Gubernur Fauzi Bowo.
- PT Muara Wisesa Samudera, anak perusahaan PT Agung Podomoro Land yang diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama atau Ahok pada tahun 2014.
Namun, proyek kontroversi
ini tak selancar seperti apa yang dibayangkan. Masalah payung hukum menjadi hambatan perusahaan
pemegang izin prinsip untuk bergerak lebih leluasa dalam rencana reklamasi
Teluk jakarta. Dua PERDA yang sedianya menjadi payung hukum reklamasi Teluk
Jakarta, yakni Raperda rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil DKI
Jakarta dan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta,
tersangkut di kesepakatan anggota DPRD DKI Jakarta.
Sejak M Sanusi di tangkap
Oleh KPK dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT). Ahok mengklaim dugaanya bahwa
skandal suap itu berkaitan dengan proyek reklamasi. Ia mengaitkan dugaannya
dengan ketidak setujuan DPRD DKI soal keputusannya mewajibkan bagi hasil 15
persen kepada Pemda DKI Jakarta dari nilai jual objek pajak (NJOP), dari setiap
hak guna bangunan (HGB) dan hak pengelolaan (HPL) yang dijual yang didesak DPRD
untuk diturunkan sebesar lima persen.
Baca juga: Prahara Mega Proyek Reklamasi Teluk Jakarta
Baca juga: Prahara Mega Proyek Reklamasi Teluk Jakarta
“Siapa pun yang turunkan
15 persen, saya masalahkan. Berarti korupsi, ada deal, kata Ahok.” Meski begitu, dalih Ahok soal
dugaan suap Sanusi tersebut, sepertinya tak diperhatikan oleh KPK. Agus
Rahardjo Ketua KPK bahkan mengisyaratkan
guna kepentingan penyelidikan maka Ahok dan Fauzi Bowo pun bisa diambil
keterangannya oleh KPK.
KPK memang masih
menelusuri soal skandal megaproyek reklamasi Teluk Jakarta. Sejalan dengan itu
opini publik mulai mengerucut kepada nasib Ahok di balik kasus ini. Ahok yang
selama ini pencitraannya sudah terbangun di mata publik lewat ketegasannya dan
sikap antikorupsi dan negosiasi, bukan tidak mungkin jadi bumerang balik.
Tandatangan Ahok yang menyetujui anak perusahaan PT Agung Podomoro Land yang
kini, tersangkut di KPK sejak tertangkapnya Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta
Mohamad Sanusi, membuat posisi Ahok di
ujung tanduk.
Maklum, jika saja KPK
kemudian menetapkan ada kesalahan hukum di balik kasus reklamasi Teluk Jakarta,
maka otomatis ini menjadi akhir dari langkah Ahok menuju kursi Gubernur DKI
pada 2017, tak menutup kemungkinan citra Ahok buruk. Kasus reklamasi teluk
jakarta bisa saja menyangkut eksekutif di pemda DKI Jakarta.
Pandangan publik yang
berkembang soal keterlibatan Ahok dalam skandal Sanusi bersama PT Agung
Podomoro Land dan PT Sedayu Group, terus bergulir hangat dan itu masih perlu
dibuktikan, tidak bisa kita asal menuduh tanpa adanya bukti keterlibatan
langsung Ahok. Kemungkinanan lain bisa saja terjadi.
“Beberapa waktu yang
lalau, tiga serangkai yang terdiri dari Lulung, Taufik dan Sanusi kerap
menuding Ahok koruptur. Sakin ngebetnya ingin Ahok di bui, Lulung dan Taufik
mendatangi kantor KPK dan Bareskrim. Merekah
menyerahkan berkas yang diklaimnya memenuhi bukti-bukti kuat jika Ahok
melakukan korupsi. Mereka mendesak KPK atau Bareskrim menyeret Ahok di kasus
dugaan korupsi Rumah Sakit (RS) Sumber Waras.” M. Sanusi menuding KPK lamban
mengusut kasus korupsi sejak ditinggal mantan Plt Ketua KPK, Taufiequrachman
Ruki.
“Sanusi menuduh lima
pimpinan KPK yang baru menjabat main mata dengan Ahok sehingga RS Sumber Waras
tidak diusut.”
Kasus Reklamasi Teluk Jakarta ini banyak melibatkan banyak pihak tidak mungkin hanya m. sanusi
sendiri, karena kasus ini dimulai dari perizinan dan perubahan Raperda dari 15
% menjadi 5% yang dilakukan oleh DPRD DKI Jakarta. KPK harus mendalami masalah ini. Ahok mungkin
dirugikan dengan kasus ini, namun bisa jadi juga,terbongkarnya skandal ini
bisa makin memperkuat posisi Ahok di jalur independen untuk kursi DKI satu.
Siapa yang berada dibalik
kasus mega proyek teluk jakarta, harus diungkap dan tangkap tanpa ampun tanpa
ada aroma politik. Tidak peduli siapa dia dan apa jabatanya. Karena kasus ini
telah banyak merugikan negara. Serahkan semuanya ke proses hukum, biarkan KPK
bekerja profesional tanpa tekanan apa-apa, seperti KPK yang kita harapkan.
Megaskandal reklamasi 500 Triliun, akankah Ahok jatuh ,Karena kasus ini menyita banyak perhatian publik. Siapa yang berada di balik megaproyek reklamasi ? Kasus Reklamasi lahan Korupsi Merusak DPRD DKI dan Berdampak Buruk ke Ahok
Megaskandal reklamasi 500 Triliun, akankah Ahok jatuh ,Karena kasus ini menyita banyak perhatian publik. Siapa yang berada di balik megaproyek reklamasi ? Kasus Reklamasi lahan Korupsi Merusak DPRD DKI dan Berdampak Buruk ke Ahok